Kaisar Romawi Pertama Yang Masuk Kristen
Augustus bukanlah nama lahirnya
Augustus awalnya terlahir dengan nama Gayus Octavius, tetapi ia mengubah namanya menjadi Gayus Julius Caesar Octavianus, alias Octavianus, setelah diadopsi oleh paman buyutnya.
Tujuh belas tahun kemudian, Senat menghadiahinya dengan nama Augustus, yang berarti "Yang Terhormat." dan divi filius (putra dewa) Augustus tidak pernah menyebut dirinya monarkis atau diktator, dan ia hidup dalam lingkungan yang relatif sederhana. Namun karena ia mengumpulkan kekuatan tertinggi Romawi, para sejarawan kemudian menyebutnya sebagai kaisar pertama Roma.
Warisan Kaisar Romawi
Warisan kaisar Romawi tetap hidup dalam sejarah Eropa dan dunia. Gelar "kaisar" digunakan dalam berbagai bentuk oleh penguasa lain sepanjang sejarah, seperti "Kaiser" di Jerman dan "Tsar" di Rusia, yang keduanya secara etimologis berasal dari "Caesar." Kekaisaran Romawi juga meninggalkan warisan hukum, seni, arsitektur, dan konsep pemerintahan yang terus mempengaruhi dunia modern hingga saat ini.
Berikut ini adalah daftar beberapa kaisar Romawi yang paling berpengaruh:
Bukan Romawi namanya jika tidak menjadi topik yang selalu menarik dibahas. Bahkan dua ribu tahun telah berlalu pun, sejarah di seputar kaisar-kaisar Romawi masih terus dikisahkan. Dan banyak pula yang ikut difilmkan. Namun, dari sekitar 70 kaisar di sepanjang sejarahnya, hanya beberapa yang diakui sebagai kaisar terbaik. Dan ada pula yang sulit dilupakan sebagai kaisar terburuk.
Sejak Kaisar Augustus naik takhta pada tahun 27 SM (Sebelum Masehi) yang selanjutnya menjadi Kaisar Pertama, Imperium Romawi sejatinya tercatat memiliki beberapa kaisar hebat. Lihat saja luas wilayah yang pernah dikuasainya hingga berbagai monumen peninggalan bersejarahnya.
Kaisar-kaisar inilah yang membuat Kekaisaran Romawi bisa bertahan sekitar 500 tahun. Mulai tahun 27 SM sampai tahun 476 M. Pada periode ini pula, wilayah Romawi pernah membentang dari sekitar Laut Tengah di Eropa, Afrika, sampai Asia. Luar biasa!
Tidak terhitung lagi begitu banyak konstruksi monumental yang dibangun di masa kejayaan Romawi. Sebut di antaranya, 230 amphitheater, 11 aqueduct (saluran air), lebih dari 400,000 km jalan, 931 jembatan, dan sebagainya. Kontribusi Romawi lainnya di bidang arsitektur tidak lain adalah desain gerbang lengkung, lorong, dan kubah.
Salah satu aqueduct peninggalan Romawi di Segovia- Spanyol. Sumber: dokumentasi pribadi Selama hampir 500 tahun era kekaisaran besar inilah, dunia pun mengenal beberapa kaisar yang sangat fenomenal. Sebagian di antaranya bahkan digelari sebagai "The Greatest Roman Emperors of All Time", yakni Augustus, Trajan, Hadrian dan Marcus Aurelius. Dan tentunya dua kaisar terkenal lainnya, yakni Vespasian dan Constantine I.
Salah satu aqueduct peninggalan Romawi di Segovia- Spanyol. Sumber: dokumentasi pribadi
Augustus (27 SM - 14)
Banyak yang mengira nama Julius Caesar pasti berada di posisi pertama. Tetapi, Caesar bukanlah seorang kaisar, melainkan seorang pemimpin terakhir di era Republik Romawi. Dan Caesar pun selanjutnya menjadi seorang diktator seumur hidup.
Setelah pembunuhannya pada tahun 44 SM, calon pewaris takhtanya, yakni Gaius Julius Caesar Octavianus berhasil menyisihkan semua pesaingnya untuk menguasai Romawi. Senat Romawi kemudian mengangkatnya sebagai kaisar pertama dengan gelar Kaisar Octavianus Augustus pada tahun 27 SM.
Patung Kaisar Augustus di Via dei Fori Imperiali- Rome. Sumber: Szilas / wikimedia
Patung Kaisar Augustus di Via dei Fori Imperiali- Rome. Sumber: Szilas / wikimedia
Sebagai kaisar Romawi, Augustus memimpin transformasi Romawi. Dari zaman Republik ke era Kekaisaran. Mulai dari periode penuh gejolak sampai membawa Romawi ke masa penuh kedamaian, kesejahteraan dan kemegahan yang dikenal dengan sebutan Pax Romana.
Lihat Sosbud Selengkapnya
TRIBUNNEWS.COM – Flavius Valerius Constantinus atau Konstantine Agung, lahir 27 Februari 272 M, menjadi Kaisar Roma pertama yang memeluk Kristen.
Selain itu, Konstantin Agung juga medeklarasikan toleransi keagamaan pada Kristen dan mempopulerkan gereja di Imperium Roma.
Memenangkan perang sipil melawan Maxentius dan Licinius, Konstantin Agung menjadi kaisar tunggal yang berkuasa di barat dan timur pada 324 M.
Pada masa pemerintahannya, Roma memiliki sebuah istana kerajaan baru di Kota Byzantium yang kemudian diubah namanya menjadi Constantinople.[1]
Baca: Hari Ini Dalam Sejarah, 27 Februari 1844: Republik Dominika Deklarasikan Kemerdekaan dari Haiti
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 26 Februari 1815 - Napoleon Bonaparte Lari dari Pembuangannya di Pulau Elba
Flavius Valerius Constantinus lahir pada 27 Februari 272 M di Naissus, Moessius (sekarang Nis, Serbia).
Ayahnya, Flavius Constantius, adalah seorang perwiara di tentara Roma, sementara ibunya, Helena, berasal dari rakyat biasa.
BACA SELENGKAPNYA>>>>>>>>
Dalam sejarah pemerintahan Romawi Kuno, Julius Caesar dipandang sebagai salah satu pimpinan terbaik. Sebelum tragedi pembunuhannya, ia telah mempersiapkan seseorang untuk menjadi pemimpin Romawi selanjutnya, ia adalah Octavianus Augustus.
Meski sempat diragukan kepemimpinannya, Augustus kemudian bertransformasi sebagai seorang pemimpin ulung dan menjadi sosok kaisar pertama dalam sistem pemerintahan kekaisaran Romawi. Di bawah aturannya, Romawi berhasil merengkuh banyak kemenangan dan kemajuan.
Di balik itu semua, ia pun memiliki kisah hidup yang menarik. Berikut fakta-faktanya.
Dinasti dan Periode Kekaisaran
Sepanjang sejarah Romawi, terdapat beberapa dinasti utama yang memerintah Kekaisaran Romawi. Setiap dinasti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan Kekaisaran.
Dinasti ini didirikan oleh Augustus dan diikuti oleh penerusnya yang berasal dari garis keluarga Julius Caesar dan Augustus. Kaisar terkenal dari dinasti ini termasuk Tiberius, Caligula, Claudius, dan Nero. Pada masa dinasti ini, Kekaisaran Romawi berkembang secara ekonomi dan militer, tetapi juga mengalami skandal politik yang melemahkan citra kaisar.
Setelah jatuhnya Dinasti Julio-Claudian, Vespasianus mendirikan Dinasti Flavia yang berhasil memulihkan kestabilan di Romawi. Keluarganya memerintah dengan gaya pemerintahan yang lebih militeristis. Kaisar-kaisar seperti Vespasianus dan putranya Titus berhasil menundukkan pemberontakan Yahudi dan membangun kembali Roma setelah kebakaran besar.
Dinasti ini dikenal dengan kaisar-kaisarnya yang adil dan bijaksana, termasuk Trajanus, Hadrianus, dan Marcus Aurelius. Masa pemerintahan mereka disebut sebagai puncak kejayaan Kekaisaran Romawi, ditandai dengan ekspansi besar-besaran dan reformasi hukum serta administrasi yang signifikan.
Dinasti ini dimulai dengan Septimius Severus, yang menguatkan kekuasaan militer dalam pemerintahan Romawi. Namun, setelah pemerintahan singkat Caracalla dan Severus Alexander, dinasti ini runtuh, menandai awal krisis abad ketiga yang melanda Kekaisaran Romawi.
Dia pernah mengasingkan putrinya sendiri
Sebagai pendukung nilai-nilai tradisional, Augustus membangun dan memperbarui banyak kuil selama masa pemerintahannya, mendorong perkawinan dan persalinan. Namun pada 2 SM ia harus menerima kenyataan jika putri satu-satunya, Julia, telah berhubungan di luar nikah dengan banyak pria berpengaruh, termasuk putra Mark Antony. Akibatnya, ia pun mengasingkan anaknya itu ke pulau berbatu Ventotene.
Meskipun kemudian dia mengizinkannya untuk pindah ke tempat yang tidak begitu terisolasi, di mana dia tidak pernah melihatnya lagi. Augustus juga membuang cucunya karena tuduhan perzinahan, meskipun dalam kedua kasus tersebut para sejarawan percaya ada faktor-faktor tambahan yang mungkin berperan.
Kekaisaran Romawi Barat dan Timur
Pada abad ke-4, Kekaisaran Romawi secara efektif dibagi menjadi dua bagian: Kekaisaran Romawi Barat yang berpusat di Roma dan Kekaisaran Romawi Timur (kemudian dikenal sebagai Kekaisaran Bizantium) yang berpusat di Konstantinopel. Kekaisaran Romawi Barat runtuh pada tahun 476 M setelah serangkaian serangan dari suku-suku barbar seperti Visigoth dan Vandal. Namun, Kekaisaran Romawi Timur terus bertahan hingga jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 M.
Calon penerusnya selalu meninggal dengan misterius
Tanpa memiliki seorang putra, Augustus menghabiskan banyak waktu dan energi untuk mencoba mempersiapkan seorang penerusnya. Dia memusatkan perhatian awalnya pada keponakannya Marcellus, yang dinikahkan dengan Julia pada 25 SM. Tetapi Marcellus jatuh sakit dan meninggal beberapa tahun kemudian sekitar usia 21 tahun.
Selanjutnya, Augustus menyiapkan Agrippa, teman dan jendralnya, yang, meskipun 25 tahun lebih tua dari Julia, mereka kemudian memiliki tiga putra dan dua putri. Augustus mengadopsi dan membantu membesarkan dua anak lelaki yang lebih tua, Gayus dan Lucius.
Tetapi, lagi-lagi kematian menghampiri mereka. Yang pertama meninggal pada usia 23 setelah terluka di Armenia dan yang kedua meninggal pada usia 19 setelah tertular penyakit yang tidak diketahui di Gaul. Sedangkan putra ketiga Julia dan Agrippa, konon, penuh amarah dan akhirnya dikirim ke pengasingan.
Setelah kematian Agrippa, Augustus memaksa anak tirinya Tiberius untuk menceraikan istri tercintanya dan menikahi Julia, tetapi mereka hanya memiliki satu anak yang meninggal saat masih bayi.
Itulah fakta-fakta kehidupan sang kaisar pertama Romawi, Octavianus Caesar Augustus.
Baca Juga: 8 Fakta Sergey Kirov, Tokoh Besar Uni Soviet yang Dibunuh
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Krisis Abad Ketiga dan Tetrarki
Setelah runtuhnya Dinasti Severa, Romawi mengalami masa krisis internal yang disebut Krisis Abad Ketiga (235–284 M), di mana terjadi pergantian kaisar yang cepat, invasi barbar, dan ketidakstabilan ekonomi. Untuk mengatasi krisis ini, Kaisar Diokletianus memperkenalkan sistem Tetrarki, di mana kekuasaan dibagi antara dua kaisar senior (augustus) dan dua kaisar junior (caesar). Sistem ini untuk sementara berhasil memulihkan stabilitas, tetapi tidak lama setelah pengunduran diri Diokletianus, kekuasaan kembali terpusat di tangan Konstantinus Agung.
Kaisar Romawi adalah gelar yang digunakan oleh penguasa Kekaisaran Romawi dari masa berdirinya oleh Augustus pada 27 SM hingga jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M, dan dilanjutkan dalam Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) hingga Konstantinopel jatuh pada tahun 1453 M. Gelar ini pertama kali diperkenalkan oleh Gaius Julius Caesar, tetapi penggunaannya sebagai gelar kekaisaran dimulai oleh penerusnya, Augustus, yang dianggap sebagai kaisar pertama. Kaisar Romawi memiliki kekuasaan tertinggi dalam politik, militer, dan keagamaan Romawi.
Julius Caesar, yang berasal dari keluarga patricius, memainkan peran penting dalam peralihan Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi. Pada tahun 44 SM, Caesar diangkat sebagai diktator seumur hidup, sebuah gelar yang memperkuat kekuasaannya. Namun, pembunuhan Caesar pada tahun 44 SM memicu perang saudara di Romawi yang berlangsung hingga 27 SM, ketika kemenangannya disahkan oleh Senat, menjadikannya sebagai "Princeps Senatus" atau "pemimpin pertama senat." Augustus tidak menyebut dirinya sebagai "kaisar" secara langsung, tetapi kekuasaannya diakui sebagai kekuatan de facto.
Octavianus, yang kemudian dikenal sebagai Augustus, adalah penerus Julius Caesar dan dianggap sebagai kaisar pertama Romawi. Augustus mendirikan fondasi Kekaisaran Romawi dengan mengonsolidasikan kekuasaan di tangannya, termasuk komando militer tertinggi dan hak untuk menunjuk pejabat tinggi. Pada masa pemerintahannya (27 SM–14 M), Augustus memperkenalkan reformasi dalam pemerintahan, militer, dan sistem perpajakan yang meningkatkan stabilitas dan kemakmuran Romawi, serta memulai masa yang dikenal sebagai "Pax Romana" atau "Perdamaian Romawi."
Gagal memperluas kekaisaran Romawi
Setelah mengalahkan saingannya, Augustus mulai mengkonsolidasikan kekuatannya, meningkatkan infrastruktur Roma dan mempercantik kota. Dia juga ingin memperluas perbatasan kekaisarannya, membawa Mesir, Spanyol utara, Pegunungan Alpen, dan sebagian besar Balkan di bawah kendali Romawi.
Sayang kemunduran terjadi di Jerman ketika tiga legiunnya disapu habis dalam sebuah penyergapan pada 9 M, memaksa orang-orang Romawi untuk mundur di sebelah barat Sungai Rhine. Setelah mendengar berita tentang kekalahan itu, Augustus berulang kali membenturkan kepalanya ke dinding dan berteriak kepada jenderal untuk bertanggung jawab.
Sebagai bagian dari upaya ekspansi ini, Augustus menghabiskan bertahun-tahun di Spanyol, Galia, Yunani, dan Asia. Namun dia sendiri bukan pejuang, sering sakit pada malam pertempuran dan sangat bergantung pada strategi pada teman masa kecilnya Marcus Vipsanius Agrippa.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Baca Juga: 7 Misteri Perang Dunia II yang Belum Terjawab Sampai Saat Ini